Like My Facebook Page

Anda follow blog saya, saya akan follow blog anda kembali. =)

Tazkiyatun Nafs

Satu persoalan timbul dalam benakku,“ Layakkah kita menagih cinta insan seandainya cinta Tuhan belum tergapai?Sedangkan cinta Allah adalah segalanya, cinta Rasul lambang cinta kepada-Nya, cinta ibu bapa tulus selamanya, cinta saudara ukhwah kerana-Nya dan cinta pada’nya’ pelengkap kasih-Nya…Hamparkanlah cinta kepada Yang Selayaknya..Jadi,jika mengharap cinta sejati, dambalah kasih Ilahi, itulah cinta hakiki..tepuk dada, tanya iman, tanya akal fikiran, tanya hati, tanya diri sendiri…Sejauh manakah taraf cinta kita ini? ”
gravatar

17 Belas Kali Menipu Allah Dalam Sehari

Tatkala seseorang meminta segelas air kepada orang lain, lalu orang itu memberinya, tetapi ia malah menolak, maka disebut apakah orang seperti ini ?

Dan ketika ia meminta air lagi kepada orang yang sama sampai berkali-kali, dan setiap kali orang itu memberikan air yang dimintanya, ia malah menolaknya, maka apakah boleh ia di sebut sebagai orang gila, sombong, pendusta lagi mempermainkan?

Sah-sah saja julukan-julukan seperti itu atau yang semisalnya diberikan kepadanya. Jutaan umat Islam di seluruh penjuru dunia melaksanakan solat, dan mereka semua membaca al-Fatihah yang merupakan salah satu rukun solat yang tanpanya solat tidak akan sah.

Mereka membacanya tujuh belas kali dalam sehari semalam. ini tidak termasuk yang dibaca dalam solat-solat sunat rawatib, yang jika dihitung jumlahnya mencapai lebih dari itu. Ertinya, mereka berdoa sampai berkali-kali pada setiap kali membaca: "Kepada-Mu kami menyembah, dan kepada-Mu kami meminta pertolongan. "(Al-Fatihah: 5).

Tetapi realitinya berbicara lain. Lidah mengucapkan, "Hanya kepada-Mu kami beribadah." Yakni, hanya kepada-Mu Kami tunduk dan hanya kepada-Mu kami patuh, mengikuti, berserah diri, dan tunduk. Kami tidak takut, kecuali kepada-Mu, kami tidak berharap kecuali kepada- Mu,kami tidak tunduk kepada hukum selain hukum-Mu, dan kami tidak takut kepada seorang pun melainkan hanya kepada-Mu.

Tetapi realitinya berbicara lain. Mereka tetap tunduk kepada manusia, bertepuk tangan buat mereka yang membuat sistem perundang undangan yang diambil dan selain sistem perundang-undangan Allah. Mereka takut ketika ada seseorang yang mengancam akan memutuskan sumber rezeki atau nyawanya. Mereka mengangkat tuhan-tuhan selain Allah. Mereka tunduk, patuh, dan takut kepada tuhan tuhan tersebut, melaksanakan perintahnya dan berserah diri kepadanya.

Hawa nafsu dan keinginan, isteri-isteri, harta, pakaian, pangkat, dan seluruh perhiasan duniawi, adalah tuhan-tuhan mereka selain Allah. Namun demikian, mereka tetap mengucapkan lebih dari tujuh belas kali dalam sehari semalam: "Hanya kepada-Mu kami menyembah."

Mereka juga mengucapkan, "Dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan." Ertinya: "Kami, wahai Rabb, jika terkena musibah, bencana, sangat memerlukan-Mu, kerana kami sangat lemah, kami tidak datang kepada seorang pun selain Engkau untuk meminta tolong dan membebaskan kami dari bencana itu."

Tetapi realitinya berbicara lain. Jika tertimpa bencana atau kesulitan, mereka datang kepada sesama makhluk sebelum sang Khaliq. Mereka berkeyakinan bahwa makhluk tersebut memiliki kuasa untuk memberi manfaat atau mudharat, sementara mereka menganggap terlalu rendah untuk datang, berlindung, dan bersimpuh di hadapan Allah swt.

Selanjutnya, mereka mengucapkan, " Tunjukkanlah kami ke Jalan yang lurus. "(Al-Fatihah:6).

Yaitu jalan yang dilalui oleh para salafus saleh, para pengikut anbiya', sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan setia hingga hari kiamat kelak. Tetapi realitinya berbicara lain. Mereka tetap terus berbuat maksiat, seperti riba, zina, memandang sesuatu yang diharamkan oleh Allah, berdusta, ghibah, namimah 'mengadu domba', menipu, dengki, mempertuhankan dunia, dan tidak berpegang teguh pada agama, lalu hidayah seperti apa yang mereka kehendaki.

Apakah ini bererti bahwa jutaan umat Islam di seluruh penjuru dunia berdusta di hadapan Allah dan menipu-Nya 17 kali dalam sehari semalam?

Keadaan mereka itu tidak berbeza dengan "orang gila" yang meminta air kepada kawannya dan ketika air itu diberikan ia malah menolaknya. Apakah itu merupakan kebiasaan yang mendarah daging sehingga memisahkan hubungan antara perkataan dan perbuatan? Ataukah itu kebiasaan berbohong yang menyelimuti kehidupan kita sehingga kita tidak dapat lagi membezakan antara berdusta kepada manusia dengan berdusta kepada Allah? Ataukah hal itu semacam suatu zat yang menutupi hati, semacam karat, yang membutakan mata hati manusia? Ataukah itu merupakan kemaksiatan yang membutakan hati? Ataukah semuanya itu benar? Jika benar, maka ini adalah malapetaka besar yang menimpa umat ini.

Allah berfirman:

"Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan." (ash shaff : 9)