Like My Facebook Page

Anda follow blog saya, saya akan follow blog anda kembali. =)

Tazkiyatun Nafs

Satu persoalan timbul dalam benakku,“ Layakkah kita menagih cinta insan seandainya cinta Tuhan belum tergapai?Sedangkan cinta Allah adalah segalanya, cinta Rasul lambang cinta kepada-Nya, cinta ibu bapa tulus selamanya, cinta saudara ukhwah kerana-Nya dan cinta pada’nya’ pelengkap kasih-Nya…Hamparkanlah cinta kepada Yang Selayaknya..Jadi,jika mengharap cinta sejati, dambalah kasih Ilahi, itulah cinta hakiki..tepuk dada, tanya iman, tanya akal fikiran, tanya hati, tanya diri sendiri…Sejauh manakah taraf cinta kita ini? ”
gravatar

Karakteristik Ahli Syurga

Artikel sebelum ini menggambarkan profill 'ahli syurga" yang sederhana. Sudah tentu bukan hanya Yasir ra. dan keluargannya, Khubai bin Adi ra. atau Maryam Binti Imran. Para rasul dan Nabi Allah, dan hampir semua sahabat ra. merupakan ahli-ahli syurga yang bukan sekadar yakin akan masuk syurga, tetapi juga sudah merasakan nikmatnya hidup dalam naungan Islam seolah-olah mereka sudah berada di dalam syurga.

Para ahli syurga, dapat kita saksikan bukan hanya di akhirat, melainkan juga di dunia. Mereka tidak pemah merasa takut atau sedih dengan apa pun yang terjadi dalam kehidupannya. Mereka itulah wali-wali Allah sebagaimana difirmankan-Nya,

"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa." (Yunus: 62-63)

Mereka hidup seperti raja-raja yang kononnya segala keinginannya dipenuhi, dan ke mana pun mereka pergi, dikawal pasukan khusus yang selalu siaga menjaga keselamatan mereka. Bagaimana boleh seperti itu? Kerana mereka adalah kekasih-kekasih Allah, yang bukan hanya dijamin segala keperluannya, melainkan juga dilindungi dari segala bahaya. Dan, yang melindungi bukan makhluk yang lemah seperti kita, tapi Allah yang Mahakuat lagi Mahaperkasa.

Allah berfirman (dalam hadits qudsi) , "Barangsiapa memusuhi wali(kekasih)-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada mengamalkan apa-apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Tetapi hamba-Ku (yang ingin mendapatkan kecintaan-Ku) tidak akan pernah berhenti melakukan amal-amal sunnah (selain yang wajib) sehingga Aku mencintainya. Dan apabila Aku telah mencintainya, maka Aku adalah matanya yang digunakannya untuk melihat. Aku adalah telinganya yang digunakannya untuk mendengar. Aku adalah tangannya yang digunakannya untuk menggapai. Aku adalah kakinya yang digunakannya untuk melangkah. Dan apabila dia meminta sesuatu kepada-Ku pasti akan Kuberi, dan bila dia berlindung kepada-Ku pasti akan Aku lindungi." (h.r. Bukhari)

Dr. Musthafa Dieb Al-Bugha dan Syaikh Muhyiddin Mistu dalam kitab Al-Wafiy fi Syarhil Arba'in An-Nawawi menjelaskan, makna yang dapat kita fahami dari hadits ini di antaranya adalah: Pertama, para wali atau kekasih Allah adalah hamba-hamba pilihan yang melaksanakan ketaatan dengan penuh keikhlasan kepada-Nya. Allah menyifati mereka dengan dua sifat, yaitu iman dan takwa. Dalam hal ini, para wali Allah yang paling utama adalah para nabi dan rasul, yang ma'shum dari kesalahan dan dosa, yang dikukuhkan dengan mu'jizat (bukti-bukti akan kebenaran pengakuannya sebagai nabi dan rasul) daripada-Nya.

Setelah para nabi dan rasul, wali-wali Allah yang utama adalah para sahabat ra. yang menjalankan kitab Allah dan sunnah-sunnah Rasul-Nya. Kemudian generasi yang datang sesudah mereka, yang terdiri dari yang menggabungkan diri ke dalam barisan mereka hingga sekarang. Namun tidaklah seseorang menjadi wali Allah yang sebenarnya kecuali dalam pribadinya memang terwujud iman dan takwa, mengikuti Rasulullah saw., mengambil petunjuk serta meneladaninya.

Kedua, Allah berpihak kepada wali-wali-Nya, mencintai mereka dan sentiasa melindungi mereka dari segala bahaya. Siapa saja yang menyakiti atau melakukan tindakan melampaui batas terhadap harta, jiwa dan kehormatan mereka, maka Allah mengumumkan perang kepadanya. Dan jika Allah memeranginya, pasti dia akan binasa, meskipun kebinasaannya boleh saja ditangguhkan oleh Allah hingga masa yang lama.

Ketiga, amal yang paling utama dan paling dicintai Allah adalah fardhu (yang telah diwajibkan-Nya) seperti solat lima waktu, zakat, puasa Ramadhan, dan haji. Termasuk kewajipan-kewajipan yang terkait dengan orang lain, seperti bertindak adil dan bertanggungjawab bagi pemimpin, menunaikan hak-hak isteri bagi suami (atau sebaliknya) serta hak-hak anak bagi orang tua (atau sebaliknya) dan sebagainya.

Keempat, termasuk pengertian melakukan kewajipan adalah meninggalkan maksiat. Bahkan, kewajipan meninggalkan maksiat harus lebih didahulukan daripada mengamalkan ketaatan-ketaatan yang hukumnya wajib. Apalagi yang sunnah.

Kelima, kedekatan dan kecintaan Allah tidak akan pernah diraih oleh seseorang kecuali dengan menunaikan amal-amal fardhu serta melaksanakan amal-amal sunah, seperti shalat, puasa, umrah, memperbanyak sedekah, zikir, membaca AI-Qur'an, dan lainnya.

Dalam hal ini kita tahu, tidak ada yang lebih indah dan lebih manis bagi orang yang mencintai sesuatu daripada berdialog dengannya, berzikir (mengingat-ingat dan menyebut-nyebut namanya), serta mendengarkan ucapan-ucapan kekasihnya.

Allah berfirman, "Maka ingatlah Aku (zikirlah) , niscaya Aku akan mengingatmu." (AI,Baqarah: 152)

Dalam sebuah hadits qudsi Allah juga berfirman, ''Aku ini tergantung pada praduga hamba-Ku terhadap-Ku. Aku senantiasa bersamanya selama dia mengingat-Ku. ]ika hamba-Ku itu mengingatKu di dalam hatinya, maka Aku mengingatnya di tempatyang lebih baik daripadanya." (h.r. Bukhari dan Muslim) Termasuk berzikir kepada-Nya di sini adalah banyak membaca AI-Qur'an, mendengarkannya disertai dengan merenungkan, memahami dan menghayati (tadabbur) maknanya. Sebab, Al-Qur'an adalah firman Allah. Ibnu Mas'ud ra. mengatakan, "Barangsiapa mencintai AI-Qur'an bererti mencintai Allah dan Rasul-Nya."

Termasuk dalam pengertian mengamalkan sunah-sunah adalah menjaga diri dari perbuatan-perbuatan makruh (yang dibenci Allah, meskipun status hukumnya tidak haram) dengan penuh sikap wara' (hati-hati).

Itulah perbuatan-perbuatan yang memastikan seorang hamba mendapatkan kecintaan Allah. Dan barangsiapa yang telah mendapatkan kecintaan Allah, maka Allah pasti akan memberi balasan kepadanya berupa kesediaan untuk selalu taat kepada-Nya, sibuk berzikir dan beribadah kepada-Nya, sehingga semakin dekat kepada-Nya dan mendapatkan bahagian terbesar dari apa yang ada di sisi-Nya.

Keenam, buah dari kecintaan Allah kepada wali-Nya tampak dalam ungkapan-Nya, "Dan apabila Aku telah mencintainya, maka Aku adalah matanya yang digunakan melihat. Aku adalah telinganya yang digunakan untuk mendengar. Aku adalah tangannya yang digunakan untuk menggapai. Aku adalah kakinya yang digunakan untuk melangkah. Dan apabila dia meminta kepada-Ku pasti akan Kuberi, dan bila dia berlindung pasti akan Aku lindungi."

Ibnu Rajab mengatakan, yang dimaksud hadith ini adalah barangsiapa yang bersungguh-sungguh mendekatkan diri kepada Allah dengan amal-amal fardhu dan diiringi amal-amal sunah, maka Allah akan mendekat kepadanya dan mengangkatnya dari darjat iman pada darjat ihsan, sehingga ia menjadi hamba yang beribadah kepada-Nya dengan kesedaran bahawa Allah hadir dan mengawasinya, seakan-akan dia melihat-Nya. Dengan demikian, hatinya dipenuhi dengan ma’rifat (pengenalan kepada Allah), cinta kepada-Nya, merasa takut dan hina di hadapan-Nya, merasakan kehangatan rindu kepada-Nya, sehingga dengan bashirah (mata hatinya) dia melihat-Nya.

Ketika hati seseorang dipenuhi dengan cinta kepada Allah, maka akan hilang segala bisikan jiwa dan hawa nafsu dari dalam hatinya selain Allah swt. Tidak ada keinginan kecuali yang sesuai dengan keinginan kekasihnya. Ketika itu, seorang hamba tidak berbicara kecuali dengan mengingat-Nya, tidak bergerak kecuali sesuai dengan perintah-Nya. Ia berbicara, mendengar, melihat, berjalan dan menggapai, semuanya semata-mata dengan izin dan ridha Allah swt. Inilah yang dimaksud dengan ungkapan, "Akulah telinganya yang digunakan untuk mendengar, dan seterusnya..."

Ketujuh, di antara pemuliaan Allah terhadap wali-wali-Nya adalah jika dia meminta, nescaya Allah akan memberinya, dan jika berlindung kepada-Nya, Allah pasti melindunginya. Ertinya, dia telah berada pada puncak kekuatan kemanusiaannya. Tidak ada lagi satu kekuatan pun yang dapat menghalang kehendak-hendak-Nya.

Jelas, kerana memang sumber segala kekuatan hanya satu, iaitu Al-Qawiyul Aziz, Allah yang Mahakuat lagi Mahaperkasa. Bukankah doktrin hidup orang yang beriman adalah bismillahi tawakkaltu’alallah la haula•wala quwwata illa billah (Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada Allah. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)? Sedangkan doa serta amal-amal ibadah adalah jambatan mengenal kekuatan Allah yang Mahakuat lagi Mahaperkasa. Sementara itu, Allah telah menjamin bahawa doa-doa mereka akan dikabulkan.

Subhanallah.